Belajar Digital Marketing BAB 12 | Brand Equity

Belajar Digital Marketing BAB 12 | Brand Equity

Hai, teman-teman! Pernah nggak sih kamu beli produk bukan karena produknya aja, tapi karena merknya? Misalnya, kamu pilih iPhone bukan hanya karena fitur-fiturnya, tapi juga karena ya… itu iPhone! Nah, itulah yang disebut dengan brand equity atau ekuitas merk. Jadi, brand equity itu adalah nilai tambah yang dimiliki sebuah merk dibandingkan merk lain.

Menurut Kotler dan Keller (2013), brand equity itu kayak aura spesial yang bikin produk punya nilai lebih. Sedangkan menurut Schiffman dan Wisenblit (2019), brand equity adalah nilai intrinsik dari sebuah merk, yang datang dari persepsi konsumen. Misalnya, kita merasa merk tertentu itu keren, bisa dipercaya, atau bikin bangga kalau dipakai.

Kok Bisa Muncul Brand Equity?

Brand equity nggak muncul begitu aja, lho. Ada proses panjang di baliknya. Biasanya, merk yang sering banget dipromosikan dengan cara yang konsisten selama bertahun-tahun akan membangun kesadaran merk (brand awareness). Ini bikin orang familiar, lalu lama-lama jadi loyal sama merk tersebut. Nah, kesetiaan ini adalah salah satu kunci utama terbentuknya brand equity.

Bayangin deh, kalau kamu sering lihat iklan suatu merk di TV, media sosial, atau bahkan billboard di jalan, pasti lama-lama kamu bakal ingat merk itu, kan? Kalau ternyata produknya bagus, kamu bakal semakin percaya dan akhirnya jadi pelanggan setia.

Cara Perusahaan Membangun Brand Equity

Perusahaan biasanya punya trik sendiri untuk menjaga dan membangun brand equity. Salah satu caranya adalah dengan family branding—contohnya produk-produk di bawah nama besar seperti Apple atau Samsung. Ada juga strategi product line extension, yaitu menambahkan produk baru di kategori yang sudah ada. Misalnya, Coca-Cola dengan varian Coca-Cola Zero atau Diet Coke.

Selain itu, brand awareness jadi dasar utama. Menurut Keller (2013), perusahaan perlu rajin banget bikin konsumen “ngeh” sama merk mereka lewat paparan yang berulang (repeated exposure). Semakin sering kita lihat dan dengar tentang merk itu, semakin familiar kita. Familiaritas inilah yang membangun hubungan emosional konsumen dengan merk.

Apa Bedanya Brand Equity dan Brand Valuation?

Oh iya, jangan sampai keliru antara brand equity dengan brand valuation, ya. Kalau brand equity itu lebih ke nilai “emosional” yang dirasakan konsumen, sedangkan brand valuation adalah nilai finansial merk tersebut. Contohnya, valuasi merk Google atau Apple bisa mencapai miliaran dolar karena pengaruh besar mereka di pasar global.

Brand-Brand dengan Brand Equity Tinggi

Ngomong-ngomong soal merk dengan brand equity tinggi, coba tebak siapa aja yang masuk daftar? Yup, nama-nama besar seperti Google, Apple, Microsoft, Amazon, dan McDonald’s adalah contoh nyata. Mereka bukan cuma dikenal luas, tapi juga punya tempat spesial di hati konsumennya.

Yuk, Jaga dan Bangun Brand Equity!

Buat kamu yang punya bisnis, ingat ya, membangun brand equity itu proses yang butuh konsistensi. Fokuslah pada bagaimana caranya membuat pelanggan kamu merasa bangga, percaya, dan puas dengan merk kamu. Kalau konsumen udah loyal, itu artinya brand equity kamu mulai terbentuk. Dan kalau udah terbentuk? Siap-siap jadi ikon global, deh!

Semoga bahasan santai ini bikin kamu makin paham soal brand equity. Yuk, kita ngobrol lagi di lain kesempatan! 😊

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like

Media Advertising adalah agensi yang bergerak di bidang outdoor advertising, menyediakan layanan untuk pembuatan dan pemasangan neon box, huruf timbul, dan billboard guna mendukung strategi promosi dan branding perusahaan Anda.

Get In Touch

No. 126, Sidomulyo, Babakbawo, Dukun, Gresik, Jawa Timur.
Admin@mediaadvertising.id
+62 895 0833 3235

Chat WhatsApp
WhatsApp