
Hai teman-teman, pernah dengar istilah scaling usaha? Kalau belum, tenang aja, aku bakal jelasin sambil ngobrol santai, oke? Jadi, scaling usaha itu adalah proses menaikkan atau menurunkan skala bisnis kita—termasuk salah satunya biaya iklan. Di sini, kita bakal fokus bahas scaling biaya iklan. Kenapa penting? Karena ekosistem pasar nggak akan selamanya stabil, jadi kita perlu adaptasi.
Contoh gampangnya, kalau kamu jualan kurma, otomatis penjualan bakal laris pas menjelang Ramadan. Nah, di situ kamu perlu scale up. Tapi setelah Ramadan, permintaan bakal turun, jadi kamu harus scale down. Simpel kan?
Scale up itu intinya menaikkan biaya iklan. Tujuannya? Ya jelas untuk meningkatkan omset dan pendapatan. Tapi jangan asal naik, ada tekniknya. Scale up harus dilakukan kalau iklanmu udah menghasilkan dengan stabil. Jangan sampai momen emas terlewat, ya!
Ada dua cara buat scale up biaya iklan:
Mana yang lebih bagus? Dari pengalaman, metode kedua lebih disarankan. Kenapa? Karena kampanye lama yang udah berjalan nggak akan terganggu. Jadi, performanya tetap stabil.
Nah, ini penting. Banyak yang bingung kapan waktu tepat buat scale up. Sebenarnya, ini balik lagi ke target kamu sebagai pemilik bisnis. Setiap produk beda kondisinya, jadi nggak ada patokan pasti.
Tapi buat gambaran, kamu bisa ikuti langkah ini:
Contohnya gini:
Intinya, terus analisis performa iklanmu, jangan gegabah naikkan biaya kalau hasilnya nggak sesuai ekspektasi.
Kebalikan dari scale up, scale down adalah menurunkan biaya iklan. Biasanya dilakukan kalau hasil iklan sudah di atas batas maksimal yang menguntungkan.
Contoh kasusnya gini:
Kalau setelah beberapa kali scale down performa tetap buruk, berarti kamu udah nemu batas optimal biaya iklanmu. Misalnya, di Rp1.000.000 kampanyemu berjalan paling efektif, ya udah, pakai itu.
Semoga setelah baca ini kamu jadi lebih paham soal scaling iklan, ya. Yuk, mulai praktek! 🚀